"Welcome to my Blog"

Selamat datang di Blog saya. Bienvenue sur mon Blog. Willkommen in meinem Blog. Benvenuti nel mio blog. Welcome to my Blog. Bienvenidos a mi blog. Welkom op mijn Blog.
Tampilkan postingan dengan label Motivation. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivation. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 September 2014

Top 5 Keys To Not Losing Your Job

Top 5 Keys To Not Losing Your Job

There is a lot of talk about how to get a job but how do you not lose your job? What does it take to keep your job? What sort of person do you need to be? What things do you need to do? #Careers:The Next Level
Based on my experience in working for companies and studying people at all levels, these are my top 5 keys to not losing your job.

1. You Need to Have Drive
If you were a car, what kind of car would you be, a 1962 Mini, a 1960 VW Kombi, a Mustang, or a Porsche? Although Minis and Kombis are cute and good for cruisin', to not lose your job, you need to become a Mustang or Porsche. It’s the people with drive, torque, and power and who work harder, achieve, come early, leave late, make the highest number of calls, sales, and complete projects on time who are most likely to keep their jobs.

2. Always Say YES
Be willing to do anything that you are asked to do by management with the utmost enthusiasm. No matter what your manager asks you to do, say yes. There is a famous proverb I live by: “Be faithful in small opportunities and one day you will be given large opportunities.”
I can speak from experience and say that the door of Asia was opened to me when I was only 28 years of age because of this principle.
What happened? For years, I said yes to everything that my senior manager asked me to do: small jobs, small projects, small assignments, small training opportunities. I did them all with enthusiasm and dedication. Did I like them? No. Did I always want to do them? No. But I acted like they were the most important things in my life.
One day, when my manager was supposed to be going to Malaysia to speak at a leadership conference, he phoned me and explained that he'd had a health scare and said, “Chris, I need you to go to Malaysia for me and speak on my behalf at a leadership conference.”
That opportunity changed my life. It opened the most amazing door into Asia for me. On that trip, I made life long friends with politicians, business leaders, trainers, and professionals. Today, I have a network with the most amazing people through Asia because I was willing to be available, to say yes.

3. Make Friends with The Right Crowd
Just like at school, work has the “cool group,” the “critical group,” the “loser group," and the “high potentials group”; however, you are not at school.
There is a great principle in life: "The people you mix with you become like." If you want to improve your tennis or golf skills, you don’t play with the losers; you play with the high achievers.
If you want to be a high achiever at work, then you need to mix not with the critical, the losers, and the lazy, but the high achievers. When you mix with the best, you will become the best.

4. Become a Generalist With a Key Specialisation
Learn all you can about your area of business by reading, learning, and listening, but above all else, set your mind like flint to become a guru at one thing.
Years ago, I set myself up to be a guru at speaking and presentation skills. To do this, I had to overcome nerves, stuttering, and freezing up under pressure where I couldn’t speak. To overcome these challenges, I would go to auditoriums and speak to the empty seats as if they were full.
I recall one time I was to speak to 4,000 people and I hadn't spoken to that many people before and to be honest was pretty nervous. I went to the auditorium alone a few times and stood at the podium, and I went through my complete presentation—stories, jokes, everything. The day that I spoke, I was confident, and the presentation flowed like a river. At the end, I received amazing feedback.
I learnt keys; for example, I would type comprehensive notes onto my computer and have them highlighted in different colours to help me to find the desired notes anytime. My stories and jokes, especially the punch lines, were in BOLD HEADLINES in case my mind froze under pressure.
That specialization has taken me around the world, before CEOs and politicians, and opened amazing doors.

5. Be Kind to Everyone
Wilson Mizner once said, “Be nice to people on your way up because you'll meet them on your way down.”
I like to take it further than that and say, “Be nice to everyone no matter who they are, what job they do or whether they can do anything for you.” Take time to speak to the cleaners, garbage collectors, concierge and assistants. It’s amazing how people talk, and if you think you are too high and mighty to speak to the lowliest person, then you are missing an opportunity to give a little kindness.
One of the great keys that I have found in getting to the key people is being respectful and kind to all people—the receptionist, the EA, or the concierge in the foyer. They are people, they speak, and they have power you may not realize to influence key people.
Life is an amazing thing. What you give comes back to you but not always in the way you expect.
If you put yourself in the best position of being the person who makes things happen, willing to take on the tough projects, mixing with the crowd that are moving things forward, have specialisations and are kind to everyone, then you are most likely to keep your job.
 

Selasa, 31 Juli 2012

Story from John Maxwell's wife

Suatu ketika istri John Maxwell (pembicara motivator top) Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang "kebahagiaan". Maxwell sang suami duduk di bangku paling depan dan mendengarkan.

Di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan dan tiba, sesi tanya jawab.

Setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya..
"Mrs. Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"

Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus.
Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak..."

Seluruh ruangan terkejut. "Tidak..." katanya sekali lagi,"John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia."

Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell. Maxwell juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar. Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik.

Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia selalu setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

"Karena," Jawabnya, "Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain DIRIKU SENDIRI."

Margaret mengatakan, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu.
Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia.

Karena yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri..
Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih.

Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar. Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, cantik istrimu/gagah suamimu, atau sesukses apa hidupmu.

Bahagia adalah "PILIHANMU SENDIRI"

Selasa, 17 Juli 2012

Kaum Pemuda Adalah Kaum Penjaga Ideologi Bangsa

Ideologi Kepemimpinan Pemuda

Demokrasi Indonesia hari ini belum mampu menghasilkan regenerasi yang terdesain. Hal itu menghasilkan generasi muda yang yang karbitan, bermental sodok-menyodok, mengkhianati ideologi dan cita-cita perjuangannya sendiri. Demokrasi yang matang adalah demokrasi yang bisa menghasilkan generasi-generasi penerus yang siap memimpin dengan mentalitas dan ideologi yang kokoh.
Ideologi adalah jiwanya politik! Ideologi bukan sekadar susunan kata-kata indah yang hanya mengonggok menjadi slogan yang mati. Ideologi adalah jiwa: jiwa yang hidup dan menghidupkan setiap orang yang terbakar hatinya untuk memperbaiki, merestorasi Indonesia. Ideologi adalah jiwa yang menggerakkan dan memimpin setiap tindak tanduk, taktik dan strategi dari tiap anak-anak muda .
Inilah ciri khas yang harus dibangun, menjadi ciri khas pemuda-pemudi Indonesia, Kita adalah Pemuda-Pemudi yang dipimpin oleh Ideologi, bukan oleh uang, bukan oleh materi semata, bukan oleh semata nafsu untuk kekuasaan, bukan dipimpin oleh hasrat menjadi pejabat.
Kita adalah pemuda-pemudi yang dipimpin oleh pemahaman, keyakinan dan ideologi Pancasila: bahwa bangsa ini dibangun dengan semangat kebersamaan, gotong royong, kesejahteraan sosial, persatuan dan moralitas Ketuhanan.
Membangun ciri khas pemuda-pemudi yang ideologis menghendaki penempaan diri. “Karena itu, kawan-kawanku pemuda-pemudi, jangan takut dan gentar. Karena kita ingin menempa diri kita, mencambuk diri kita sendiri, mendidik diri kita sendiri menjadi para pemimpin yang setia dan teguh pada apa yang kita yakini, yaitu merestorasi seluruh aspek kehidupan bangsa kita berdasarkan ideologi Pancasila,”.

Rabu, 04 Juli 2012

Debu dan Batu Mulia

Sesungguhnya kemuliaan diri tidak terletak pada kesombongan dan tidaklah sama dengan kehinaan. Kemuliaan adalah cahaya dan terletak di kutub yang lain, sedangkan kehinaan adalah kegelapan dan terletak di kutub yang lainnya lagi.

Menghindari kesombongan bukan berarti rendah diri. Karena rendah diri kepada sesama manusia adalah kehinaan. Menghindari kesombongan adalah rendah hati, beribadah hanya karena-Nya dan mau menerima kebenaran dari mana pun datangnya.

Tidak ada orang yang menghindari kesombongan kemudian menjadi hina. Sekalipun orang itu tidak dikenal di masanya, tetapi karena akhlaknya yang mulia dan beramal dengan ikhlas, Allah mematri namanya di hati dan pikiran generasi selanjutnya. Tidak terasa ratusan tahun kemudian namanya banyak disebut orang, nasihat-nasihatnya didengar dan diamalkan, akhlaknya menjadi contoh teladan. Inilah makna firman Allah, “Dan kesudahan yang baik bagi orang-orang bertakwa.” (QS. Al-Qashash [28]: 83).

Abu Dzar Ra. berkata, “Ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?” Beliau menjawab, “Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia.” (HR. Muslim).

Said bin Jubair walaupun bertahun-tahun dipenjara dan akhirnya dihukum mati, kepalanya dipenggal oleh seorang algojo, namun ulama dan kaum muslimin mencintainya dan mendoakannya karena dia adalah syuhada, pembela yang haq, dan penegak keadilan yang tak takut mati.

Ibnu Taimiyah mati di dalam penjara, namun kebaikan-kebaikannya terasa hingga kini. Dia dikenal sebagai ulama pembela as-Sunnah, panglima perang di medan jihad, dan seorang penulis yang tiada duanya. Kitabnya berjilid-jilid tebalnya, kandungannya sangatlah berharga, dan menjadi rujukan banyak ulama.

Hasan al-Banna mati ditembak, yang mengubur jenazahnya hanya empat orang; ayahnya, istrinya, anaknya, dan seorang nasrani. Hal itu terjadi karena seluruh pengikutnya dijebloskan ke dalam penjara dan para ulama tidak ada yang diberitahu tentang kewafatannya. Dia kini dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka, mujahid, ulama shalih, da’i, murabi, dan pendiri jamaah Islam terbesar di dunia.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim [14]: 24-25).

Sedangkan bagi orang-orang yang menyombongkan diri dan zhalim, sekalipun terkenal di masanya, kaya hartanya, tinggi kedudukannya, luas kekuasaannya, namun di masa kemudian hanya menjadi buah hinaan dan kutukan.

Al-Hajjaj seorang pejabat di masa kekhalifahan Umayah, dikenal karena kesadisannya, kekejamannya, pembunuh para ulama shalih, termasuk di dalamnya Said bin Jubair. Sekalipun kekayaannya banyak, kedudukan dan pangkatnya tinggi, namun ia hina di sisi Allah dan kaum muslimin yang mencintai kebaikan. Akhirnya ia mati dalam keadaan mengenaskan, tubuhnya dipenuhi bisul yang apabila muncul rasa sakit darinya, terdengar suara yang keras dari mulutnya seperti banteng yang meregang nyawa.

Ahmad bin Du’ad, seorang tokoh Mu’tazilah, ikut andil menyiksa Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad pun mendoakan kebinasaannya, maka Allah menimpakan padanya suatu penyakit yang membuatnya sering mengatakan, “Adapun separoh tubuhku ini apabila dihinggapi oleh seekor lalat, kurasakan sakit yang bukan kepalang hingga seakan-akan dunia ini kiamat. Sedang separoh tubuhku yang lain andaikata digerogoti dengan catut sekalipun, niscaya aku tidak merasakannya.”

Sultan yang memenjarakan Ibnu Taimiyah akhirnya turun tahta, ulama-ulama pembisiknya akhirnya tidak dihormati masyarakat. Ulama-ulama su’ (buruk) itu tidak dikenal kecuali hanya namanya, dan itupun hanya orang-orang tertentu saja. Tapi Ibnu Taimiyah dikenal sepanjang masa dan ulama-ulama serta kaum muslimin mengagumi dan meneladani sikapnya.

Raja Faruq, pembunuh Hasan al-Banna, akhirnya turun tahta setelah beberapa tahun kematian Hasan Al-Banna. Dulunya dihormati, kini dicaci maki dan hanya bagian dari sampah sejarah mesir yang tak berguna. Pejabat-pejabat Mesir yang banyak menyiksa dan memasukkan aktivis ikhwanul muslimin ke penjara, seperti Gamal Abdul Naser dan Hamzah Basyuni mati secara mengenaskan. Yang pertama selalu dihantui ketakutan sebelum matinya, sedangkan yang kedua mati ditabrak truk penuh dengan besi sehingga tubuhnya tercabik-cabik tak karuan.

“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim [14]: 26-27).

Seberapa kayanya Anda, kelak ketika mati harta itu tidak akan dibawa ke alam kubur. Seberapa pintarnya Anda, sangat mudah bagi Allah memberi satu penyakit yang menjadikan seluruh ilmu yang Anda miliki hilang. Sekuat apa pun Anda, sesungguhnya Anda tidak lebih kuat dari rumput yang sering diinjak-injak orang.

Jadilah batu mulia, jangan jadi debu. Batu mulia mahal harganya dan sangat indah bila dipandang mata. Sedangkan debu, menempel di baju, menjadi kotor. Di mana pun ia menempel, sesuatu itu menjadi kotor. Batu mulia tersembunyi di dalam tanah, sangat sulit mencarinya. Kalaupun bisa, ia diambil dengan menggunakan alat khusus. Jika sudah diketahui ada di suatu tempat, beramai-ramai orang ke sana mencarinya.

Sedangkan debu, terlihat di depan mata, bahkan bisa membuat mata sakit, bisa membuat orang alergi. Orang-orang berusaha sebisa mungkin menghindari debu. Amal yang dilakukan bukan karena Allah – di dalam Al-Quran – diibaratkan “batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak berdebu).” (QS. Al-Baqarah [2]: 264). Begitulah amal orang-orang yang sombong, tidak mendapatkan apa-apa selain hanya gerakan-gerakan yang melelahkan.

Senin, 14 Mei 2012

Belajar Seperti Kartini

Raden Ajeng Kartini, lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia adalah anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari ELS (Europese Lagere School) setingkat Sekolah Dasar, ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya.

Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya). Membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya.

Ia mulai mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajar tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Di tengah kesibukannya, ia tidak berhenti membaca, tetapi ia juga menulis surat berkorespondensi dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Berkat kegigihannya, Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”.

Pemikiran Kartini
Dari biografi singkat di atas, kiranya sangat beralasan mengapa demikian pentingnya sosok yang melekat pada diri Kartini, sehingga pemerintah berkepentingan untuk menetapkakannya sebagai Pahlawan Nasional, dan hari kelahirannya perlu dikenang dan diperingati. Menurut hemat penulis, terdapat beberapa catatan penting yang dapat kita pelajari dari sosok kehidupan, perilaku dan pemikiran Kartini:

Pertama, patuh dan taat pada orang tua. Sebagimana disebutkan dalam biogarifinya, kendati keinginan untuk melanjutkan pendidikan setamat ELS (Europese Lagere School) setingkat Sekolah Dasar, namun karena adat istiadat yang berlaku waktu itu belum lazim dan orang tuanya pun tidak memperkenankan dirinya untuk melanjutkan sekolahnya, maka Kartini pun memilih untuk besikap patuh dan taat atas keputusan yang diambil orang tuanya, yaitu menetap di rumah alias tidak melanjutkan sekolah. Hal ini mencerminkan pada kita, meski harus mengorbankan keinginan yang menggebu untuk melanjutkan pendidikannya, namun karena keputusan orang tuanya, Kartini lebih memilih sikap patuh dan taat kepada orang tuanya, artinya ia tidak ingin mendurhakai orang tuanya;

Kedua, pantang menyerah dan gigih berusaha dalam mengagapi cita-cita. Sejarah membuktikan, kendati berada dalam pingitan dan tidak melanjutkan pendidikan ke sekolah formal, namun gelora hati Kartini untuk terus belajar tidak terhenti, cita-citanya untuk memajukan diri dan kaumnya (kaum perempuan) terus diupayakan melalui cara-cara yang dapat ia lakukan. Di antaranya dengan bertanya kepada ayahnya (RM Sosroningrat) dan berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda, terutama sekali dengan Mr JH Abendanon.

Sebagai seorang penulis dan pemikir, Kartini adalah sosok yang memiliki intelektualitas dengan kemampuannya mengemukakan gagasan-gagasan cemerlang seputar masalah sosial, pendidikan dan gender yang tidak cukup popular di zamannya. Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), adalah judul buku dari kumpulan surat-surat RA Kartini untuk sahabat penanya Stella di Belanda yang dirilis pada 1911, begitu fenomenal dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia;

Ketiga, visioner (memiliki pandangan jauh ke depan). Dari hasil bacaan dan korespondensinya, muncul gagasan Kartini bahwa kehidupan kaum wanita harus maju sejajar dengan kaum pria. Untuk itu, maka kaum wanita pun harus belajar, tidak hanya mengurusi rumah tangga (dapur, kasur, dan sumur). Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa dan timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, yang waktu itu tergolong berada dalam status sosial yang rendah;

Keempat, memiliki kepedulian sosial. Ketidaksempatan Kartini untuk meneruskan belajarnya secara formal, termasuk kesempatan beasiswa yang tidak sempat dinikmatinya, ternyata tidak membuat sosok Kartini putus asa atau pun berdiam diri. Kartini lebih memilih berkompensasi melampiaskan cita-cita dan harapannya dengan bentuk yang positif dan konstruktif demi kemajuan kaumnya. Ia kumpulkan kaum perempuan di rumahnya. Ia ajari mereka membaca dan menulis. Ia berikan mereka ilmu pengetahuan, keterampilan dan wawasan;

Kelima, memiliki kepedulian terhadap kehidupan religius (Agama Islam). Hal ini jarang dicuatkan dalam sejarah, bahwa ternyata sosok Kartini adalah orang yang peduli pada masalah keagamaan (Islam) yang diyakininya. Padahal, dalam kehidupannya, Kartini adalah sosok yang peduli dengan ajaran agama Islam, hal ini terungkap dalam biografinya: “Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai. Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini juga menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. (Teguh Setiawan, Republika, 1 April 2012).

Sebagai pelajaran

Penulis percaya, bahwa masih banyak lagi sisi-sisi lain dari kehidupan Kartini yang dapat kita petik sebagai pelajaran. Yang perlu dicatat adalah, bahwa dengan membaca dan menelusuri riwayat kehidupan, gagasan, pandangan, pemikiran, dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Kartini, maka wajarlah bila ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Karena kepeloporan dan ketokohannya memang layak untuk diteladani, untuk dijadikan contoh/teladan.

Kartini adalah tokoh emansipasi, motivator dan inspirator bagi kaum wanita khususnya, dan bagi kita semua pada umumnya. Banyak hal yang dapat kita petik sebagai pelajaran dari Kartini. Namun, keberhasilan perjuangan RA Kartini dalam menegakkan hak kaum wanita Indonesia, pada kenyataan yang ada saat ini justru terbilang menyedihkan. Sebab kesuksesan yang telah diraih malah menjadikan sebagian besar wanita meninggalkan adat sebagaimana yang dicontohkan Kartini.

Lalu, masih adakah Kartini zaman sekarang? Tanggal 21 April yang dideru-derukan sebagai hari Kartini tentu bukan sekedar peringatan. Banyak harapan yang digantungkan pada para wanita lewat peringatan tersebut. Tetapi jika menilik jiwa Kartini pada zaman dulu dan ‘Kartini’ yang ada pada zaman sekarang, jelas telah memiliki perbedaan yang sangat kontras. Baik itu dalam hal gaya, karakter terlebih pada kepribadian.

Sabtu, 05 Mei 2012

Renungan Kehidupan



Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”
Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”
“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”


Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”


Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.


“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.


“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.


“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”


“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”


“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”


Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.


Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.


Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!


Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”


Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”


Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.


Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”


Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?


” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini ”.


Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.


Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”


Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……