"Welcome to my Blog"

Selamat datang di Blog saya. Bienvenue sur mon Blog. Willkommen in meinem Blog. Benvenuti nel mio blog. Welcome to my Blog. Bienvenidos a mi blog. Welkom op mijn Blog.

Minggu, 06 Mei 2012

Sekularisme

SEKULARISME di kamus bahasa Indonesia artinya paham atau pandangan filsafat yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada agama. Tapi pengertian yang paling populer adalah paham pemisahan antara agama dan negara. Paham ini semakin populer dan semakin sering terucap oleh orang kita sekarang. Demikian juga kata-kata ini semakin menakutkan karena sering dituduh kepada orang-orang yang tidak disenangi.

Bila kita perhatikan secara seksama yang sering menuduh orang lain sekuler, sebenarnya dia sendiri melakukan hal yang sama. Kita ambil contoh, orang-orang yang tidak mau memberi sedekah karena hanya untuk pembangunan jalan atau rumah sakit karena dianggap itu urusan negara, bukan urusan agama. Orang tidak mau peduli dengan ilmu ekonomi atau tidak mau menganalisis perkembangan ekonomi umatnya karena itu masalah duniawi. Dalam aktivitas sehari-hari masih ada yang dianggap sebagai melaksanakan perintah Allah dan ada perintah dari negara.

Sebenarnya kekhawatiran akan terjerumus ke sekularisme itu bagus, cuma sayangnya pengertian sekularisme itu tidak utuh dipahami. Akibatnya mudah menuduh orang sembarangan. Padahal yang lebih penting lagi diperhatikan adalah sekularisme yang telah berkembang dalam kehidupan praktis yang awalnya berkembang di Barat dan sekarang sudah menjalar ke negeri-negeri muslim.

Sejarah terjadinya sekularisasi dalam kehidupan praktis di Barat sebenarnya belum begitu lama. Seperti kenyataan sekarang, selain telah terjadi kekosongan jamaah gereja, telah terjadi pula budaya seks bebas. Sampai tahun 1940-an masyarakat Barat masih menjaga moral yang berstandar agamanya. Gereja-gereja juga masih dipenuhi oleh jamaahnya. Kaum perempuan masih diwajibkan oleh orang tuanya memakai baju longdress. Belum ada yang berpacaran lalu berpeluk-pelukan bahkan berciuman di jalan.

Sejak terjadinya mobilitas masyarakat secara besar-besaran dari desa ke kota-kota terutama sekali untuk kegiatan bisnis dan juga sejumlah generasi muda yang melanjutkan studi ke kota-kota besar mulailah terjadi perubahan besar-besaran pada budaya mereka. Generasi muda yang kurang terdidik agama di desanya dan sampai di kota tidak ada pengawasan orang tua. Terjadilah tindakan-tindakan pergaulan yang tidak terikat dengan norma agama. Awalnya pergaulan bebas itu hanya sekadar keinginan memuaskan pergaulan sesama anak muda saja. Ketika agama dan budaya tidak bicara lagi masalah pergaulan bebas tersebut, lalu diambil peluang oleh para pebisnis menjadi komoditi perdagangan yang menarik. Bahkan selanjutnya budaya seperti itulah yang dibanggakan oleh masyarakat. Sehingga jika sekarang misalnya kita mengkritik mereka mengenai tari telanjang, mereka merasa heran. Karena tidak ada yang janggal menurut mereka. Tari telanjang juga dianggap salah satu seni yang dimiliki oleh manusia.

Demikian juga masalah hubungan laki-laki dan perempuan sebelum menikah. Mereka hampir menganggap itu wajib, karena untuk melihat apakah comfortable atau tidak  pasangannya. Mereka sangat khawatir setelah menikah akan terjadi ketidakcocokan bidang seks diantara mereka. Bahkan setelah menikah mereka masih saling menanyakan di antara teman mereka apakah mereka cukup puas dalam bidang seks dengan pasangannya.

Dalam masalah perkawinan ini sedikit pun tidak ada lagi campur tangan masalah agama, kecuali sebagian kecil saja yang ingin menikah di gereja. Mereka mencari pasangan sendiri dan kemudian berjanji bersama bagaimana mereka sepakati termasuk masalah warisan. Demikian juga dengan keturunan mereka. Kendatipun kita saksikan begitu banyak tokoh-tokoh sukses atau tokoh yang di kagumi, tetapi dibalik kehebatan itu begitu banyak anak muda yang rusak dan telantar karena faktor hubungan orang tua yang tidak terikat dengan norma agama dan budaya lagi.

Kenyataan seperti ini bukan tidak mungkin akan terjadi di negeri kita. Seperti diberitakan oleh surat kabar-surat kabar selama ini berbagai hal negatif telah menimpa para remaja dan anak muda di kota-kota kita, di Indonesia. Mulai dari kurang hormat terhadap orang tua, terhadap guru, ngebut-ngebutan di jalan, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, cabut sekolah sampai pada terlibat narkoba dan mesum. Peristiwa yang terakhir yang sempat mengejutkan kita semua adalah peristiwa menukar aqidah. Sejumlah generasi muda, mulai dari anak yang masih SMU sampai mahasiswa telah terpengaruh dengan ajaran Millata Abraham yang menurut kajian MUI tergolong ajaran sesat.

Kenyataan seperti ini andaikata tidak diantisipasi segera dengan cara yang permanen akan dapat mengakibatkan kota-kota di Indonesia, akan menjadi kota umat yang sesat dan penuh dekadensi moral. Apa yang dapat kita tunjukkan kalau generasi muda kita terdiri dari orang-orang sesat dan penuh dengan dekadensi moral?

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, generasi yang akan memimpin dunia selanjutnya. Jika kita mampu menanamkan aqidah Agama secara baik yang dapat memperkuat aqidah generasi muda kita, maka kita telah berusaha untuk menjaga generasi yang kuat dan tangguh pendirian. Mereka akan menjadi generasi yang tahan dari gempuran yang datang dari mana pun. Mereka akan menjadi generasi penyelamat umat dari godaan ajaran sesat.



T. Dhenny Farial Pratama, ST
Cementing Engineer  -  COSL Indo
Wakil Ketua Umum  -  DPP APPI
Staff Kelautan & Masyarakat Pesisir  -  DPP AMPI
Mantan Aktifis Mahasiswa  -  Universitas Trisakti, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar