Ramadhan adalah salah satu momentum
teristimewa bagi setiap insan beriman, yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja tanpa upaya khusus dalam mengoptimalkan pemanfaatannya,
untuk melejitkan derajat iman dan taqwa ke tingkat puncak dan jenjang
tertinggi. Dimana jika betul-betul diistimewakan dengan upaya-upaya
istimewa dan dioptimalkan pemanfaatannya dengan benar, seseorang akan
bisa menggapai ketinggian derajat keimanan yang tidak bisa digapainya
dengan amal bertahun-tahun di hari-hari biasa diluar Ramadhan. Disamping
ia bisa menutup berbagai kekurangan dan kelemahannya dalam amal dan
ibadah selama ini. Dan tersedianya momentum teristimewa seperti Ramadhan
ini, adalah salah satu bagian terindah dari keluasan rahmat Allah, yang
tentu wajib disyukuri, ya dengan apalagi kalau bukan dengan
mengoptimalkan pemanfaatannya seoptimal-optimalnya.
Manusia adalah makhluk yang sangat lemah
dan terbatas kemampuannya. Termasuk dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah yang beriman dan taat.
Sehingga andai amal saleh setiap orang beriman itu ditimbang dan dinilai
apa adanya sesuai kadar amal itu sendiri, maka tidak akan ada
seorangpun yang bisa selamat dari neraka dan beruntung masuk surga,
dengan hanya mengandalkan amal dan ibadahnya saja. Kecuali jika Allah
melimpahkan rahmat-Nya dan mencurahkan karunia-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
“Allah hendak memberikan keringanan kepada kalian, dan manusia itu diciptakan bersifat lemah” (QS. An-Nisaa’: 28).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قَارِبُوا
وَسَدِّدُوا وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ
بِعَمَلِهِ“، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْتَ؟ قَالَ: “وَلَا
أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْل”
(رواه مسلم).
”Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Berusahalah secara optimal, istiqamahlah, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya tidak seorang pun dari kalian yang bisa selamat (dari
ancaman siksa) hanya karena amalnya saja” Mereka bertanya: “Tidak juga
Engkau, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Ya, tidak juga aku, kecuali
bila Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku” (HR. Muslim).
Adapun mengapa amal ibadah seseorang
tidak akan cukup untuk diandalkan bisa menyelamatkannya dari ancaman
siksa lalu untuk membawanya ke dalam surga, adalah karena tidak
berimbangnya antara amal-amal itu dan tujuan-tujuan yang harus dicapai
dengannya. Yakni amal-amal itu, jika dinilai apa adanya, tetap saja
sangat sedikit sekali sehingga sama sekali tidak sebanding dengan
tujuan-tujuannya. Pertama, karena amal-amal itu memanglah sangat
sedikit, disebabkan faktor keterbatasan yang sangat terbatas dan
kelemahan yang sangat lemah pada diri manusia ciptaan Allah. Dan kedua,
yang jelas, adalah karena setiap amal yang dilakukan oleh seorang hamba
mukmin, adalah dengan tujuan untuk mewujudkan minimal empat kebutuhan
dan kepentingan besarnya dalam hidup, di dunia dan di akhirat. Dimana
sebenarnya untuk tujuan memenuhi satu kebutuhan dan kepentingan saja,
jika kita renungkan, rasanya sudah tidak cukup, apalagi untuk memenuhi
keempat-empatnya semuanya sekaligus (?). Dan keempat tujuan dan sasaran
amal tersebut adalah sebagai berikut (lihat pula: Sebandingkah Amal
Kita? dalam: ustadzmudzoffar.wordpress.com):
Pertama, untuk memenuhi kewajiban syukur atas beragam nikmat Allah atasnya yang tidak terhingga;
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang
kamu mohonkan kepada-Nya.. Dan jika kamu (hendak) menghitung nikmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu
sangat dzalim dan sangat kufur (mengingkari nikmat Allah)” (QS. Ibrahim:
34)..
“Dan jika kamu (hendak) menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. A-Nahl: 18).
Kedua, untuk tujuan sebagai pengimbang dan sekaligus penghapus dosa-dosa yang mungkin juga tidak terhitung;
“(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu semua pada hari
pengumpulan. Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah
akan menutupi (menghapuskan) kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar” (QS.
At-Taghaabun: 9).
“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi waktu siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat.” (HR. Huud: 114).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا
كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ
بِخُلُقٍ حَسَنٍ” (رواه الترمذي وأحمد).
Dari Abu Dzarr ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja
kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat
menghapuskannya, serta pergauililah manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Ketiga, untuk tujuan mendapatkan
penjagaan, perlindungan dan penyelamatan dari bermacam ragam potensi dan
ancaman keburukan atas dirinya, baik selama hidup di dunia, saat berada
di alam barzakh, maupun utamanya untuk bisa selamat dari ancaman siksa
neraka di akhirat kelak;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَال:َ ” يَا
غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ
اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ” (رواه الترمذي، وقال: هذا حديث حسن
صحيح).
Dari Ibnu Abbas berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada suatu hari, lalu beliau bersabda:
“Hai ‘nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah
(syariah) Allah niscaya Ia pasti menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau
mendapati-Nya dihadapanmu (sewaktu-waktu). Bila engkau meminta,
mintalah kepada Allah dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah” (HR. At-Tirmidzi, dan beliau berkata: Ini
adalah hadits hasan shahih).
“Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an,
niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan Akhirat, suatu dinding yang tertutup (sebagai
penghalang dan pelindung)”. (QS Al-Isra’ : 45).
Dan keempat, untuk tujuan menggapai
rahmat, karunia dan pertolongan Allah dalam rangka memenuhi berbagai
kepentingan dan kemaslahatan yang dibutuhkannya selama hidup di dunia
ini, saat berada di alam kubur nanti, dan khususnya untuk memperoleh
rahmat terbesar berupa ridha-Nya, surga-Nya dan nikmat puncak bisa
melihat Wajah-Nya!
“ …… barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan
baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu; ……. dan barang siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya” (QS. Ath-Thalaaq: 2-4).
“Mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sarana sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS. Al-Baqarah:
45).
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
melalui sarana sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153).
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih” (QS. Ibraahiim: 7).
“Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan” (QS. An-Nahl: 97).
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal
saleh, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya. setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang disucikan dan mereka kekal di
dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 25).
Nah karena begitu sedikitnya amal-amal
kita, dan karena begitu tidak sebandingnya amal-amal itu dengan
tujuan-tujuan dan kebutuhan-kebutuhan besar yang harus diraih dengannya,
maka setiap kita selalu butuh curahan rahmat Allah yang lain, yang bisa
menjadikan amal-amal yang sangat sedikit dan biasa-biasa saja itu,
menjadi bernilai sangat banyak, dan berpahala luar biasa. Dan Allah Yang
Maha Rahman dan Rahim telah dan senantiasa menyediakan
rahmat-rahmat-Nya untuk tujuan ini, seperti juga rahmat-rahmat-Nya yang
lain. Dan bentuk-bentuk rahmat yang berupa pelipatgandaan nilai dan
pahala amal, sebenarnya amat banyak dan bermacam-ragam. Tinggal kita
yang harus mencarinya, memilihnya dan memanfaatkannya, sebaik-baiknya.
Pertama, rahmat dan karunia Allah yang
berupa pembedaan dalam kaidah penilaian dan balasan atau pembalasan
antara amal baik dan amal buruk. Dimana dalam kaidah umum, setiap amal
baik dilipatgandakan balasan pahalanya, sementara setiap amal buruk
hanya dibalas dan dicatat sesuai kadar keburukannya, tanpa dilipatkan,
kecuali untuk kemaksiatan-kemaksiatan atau kondisi-kondisi tertentu yang
sangat terbatas.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا
يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: “إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ
الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ
عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ
كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ
لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا
كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً” (متَّفقٌ علَيْه).
Dari Ibnu Abbas radhilayyahu’anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya (hadits qudsi), yang
beliau sabdakan; “Allah mencatat (pahala) kebaikan dan (dosa) kejahatan,
” selanjutnya beliau menjelaskan; “Barangsiapa yang berniat (untuk
melakukan) suatu kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan (karena udzur
tertentu), Allah mencatatnya di sisi-Nya (pahala) satu kebaikan yang
sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya
menjadi sepuluh kebaikan, hingga dilipatgandakan menjadi tujuh ratus
kali, bahkan menjadi lipatganda yang banyak sekali (lebih dari itu).
Sebaliknya barangsiapa yang berniat melakukan suatu kejahatan kemudian
tidak jadi ia urungkan (karena sadar), maka Allah menulisnya disisi-Nya
dengan (catatan pahala) satu kebaikan yang sempurna, dan jika ia berniat
kejahatan dan jadi ia lakukan, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan
saja” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Kedua, adanya amal-amal tertentu
(sebenarnya juga banyak) yang diistimewakan dengan balasan pahala
berlipat-lipat tanpa batas. Seperti misalnya: sabar, puasa, menyantuni
janda lemah dan fakir miskin, dzikir-dzikir tertentu, dan banyak lagi
yang lainnya.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS.
Az-Zumar: 10).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ….. ” (الحديث، متفق عليه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman: “Setiap amal
anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum itu untuk
Aku dan Aku Sendiri yang akan memberi balasannya (yakni tanpa mengikuti
kaidah pelipatgandaan amal yang ada)….” (HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال:َ “السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ
وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ:
“وَكَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ” (متفق عليه).
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Orang yang membantu wanita janda dan orang miskin, (nilai dan
pahalanya) seperti orang yang berjihad dijalan Allah -aku mengira beliau
bersabda: Dan seperti orang yang shalat malam tidak pernah henti dan
seperti orang puasa yang tidak pernah berbuka (puasa terus menerus)”
(HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى
اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ” (متفق
عليه).
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda: “Dua kalimat ringan di lisan, berat di timbangan, dan disukai
oleh Allah Ar- Rahman yaitu: Subhaanallahil-’adziim dan Subhanallah
wabihamdihi.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Ketiga, sebenarnya amal apapun bisa
bernilai istimewa dan berpahala ganda berlipat-lipat tidak seperti
biasanya, yaitu dengan cara memadukan dua unsur atau faktor yang bisa
meninggikan nilainya, yakni: faktor tingginya kwalitas amal dari aspek
pelakunya, misalnya karena terpenuhinya keikhlasan yang istimewa; dan
faktor ketepatan (baca: tepat) secara waktu, tempat, situasi, kondisi,
dan semacamnya, sesuai kebutuhan dan tuntutan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال:َ
“بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا
فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ
الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي
بَلَغَ بِي فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ
فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ”، قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ: “فِي كُلِّ
كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ” (متفق عليه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan
lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun ke suatu
sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar
didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya
menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata: “Anjing ini
sedang kehausan seperti yang aku alami tadi”. Maka (diapun turun kembali
ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit
sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum.
Kemudian Allah-pun berterima kasih kepadanya, dan mengampuninya (untuk
seluruh dosanya)”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita
akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?” Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab: “Pada setiap makhluq hidup ada pahala” (HR.
Muttafaq ’alaih).
Keempat, adanya tempat-tempat dan
waktu-waktu tertentu yang, sebagai bukti luasnya rahmat dan tak
terbatasnya kemurahan Allah, telah dijadikan sebagai momentum-momentum
teristimewa, dimana amal menjadi bernilai luar biasa, dengan kelipatan
pahala yang istimewa atau bahkan super istimewa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
“صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ” (متفق عليه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah)
nilainya seribu kali lebih baik dibandingkan dengan (shalat di) masjid
lain kecuali di Al Masjidil Haram (yang berkelipatan sampai seratus ribu
kali, seperti dalam hadits lain)” (HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ
الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ“،
يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْر.ِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ: وَلَا
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ
خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ” (رواه
البخاري والترمذي وأبو داود وابن ماجة وأحمد).
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda: ” Tidak ada hari, dimana berbuat amal shalih lebih Allah
cintai selain hari-hari ini”, yakni 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah.
Para shahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa termasuk jihad fi
sabilillah (juga tidak bisa menandingi)?, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “Termasuk jihad fi sabilillah sekalipun (tidak bisa
menandingi), kecuali seorang lelaki yang pergi berjihad dengan harta dan
jiwanya lalu tidak kembali dengan sedikitpun dari keduanya (yakni lalu
gugur sebagai syuhada’)” (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu
Majah dan Ahmad).
Dan salah satu momentum waktu
teristimewa itu, seperti yang telah disebutkan diatas, adalah momentum
bulan suci Ramadhan, yang merupakan bulan paling istimewa, paling mulia
dan paling utama. Karena Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah mengkhususkannya dengan beragam keistimewaan, berbagai
kemuliaan dan bermacam-macam keutamaan serta kelebihan yang tidak
terdapat di bulan-bulan yang lain.
Oleh karenanya, Ramadhan merupakan salah
satu momentum paling istimewa dan paling utama, serta paling kondusif
bagi kaum muslimin, secara individual maupun komunal, untuk melakukan
upaya-upaya penempaan, perbaikan dan perubahan diri serta kehidupan
dalam rangka mencapai tingkat keimanan, ketaqwaan dan keshalehan yang
lebih tinggi, dan untuk menggapai derajat kepribadian mukmin-mukmin
sejati yang diidam-idamkan. Dan untuk itu, maka berbagai faktor
pendukungpun disediakan dan diberikan dalam bulan yang mulia dan penuh
barokah tersebut, disamping faktor-faktor penghalang juga dijauhkan dan
dihilangkan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَتَاكُمْ رَمَضَانُ
شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ” (رواه
النسائي وأحمد والبيهقي وصحّحَه الألباني).
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan
berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa.
Di bulan itu pintu-pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim
ditutup dan syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan
itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang
tidak mendapat kebaikannya, maka berarti sungguh benar-benar ia telah
terhalang/terjauhkan (dari kebaikan)” (HR. An-Nasaa-i, Ahmad, Al-Baihaqi
dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Ramadhan adalah bulan limpahan rahmat,
curahan barakah, guyuran maghfirah, dan peluang teristimewa bagi
pembebasan diri dari api Neraka.
Selama Ramadhan pintu-pintu ketaatan terbuka selebar-lebarnya dan
peluang-peluang kebaikan tersedia sebanyak-banyaknya, sementara itu
jalan-jalan kemaksiatan, keburukan dan kejahatan disempitkan
sesempit-sempitnya. Dan ini merupakan salah satu faktor pendukung
perubahan diri yang paling penting, dan yang harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin selama Ramadhan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
“إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ
أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ” (متَّفقٌ علَيْه).
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya): “Apabila bulan Ramadhan telah tiba, maka
pintu-pintu Surga dibuka selebar-lebarnya, pintu-pintu Neraka ditutup
serapat-rapatnya, dan syetan-syetan pengganggu dibelenggu/dirantai
seerat-eratnya” (HR.Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ
لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ
الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ
وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ
وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ
أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda: ” Pada malam pertama bulan Ramadlan syetan-syetan dan jin-jin
yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun
pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu
yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan
kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan
keburukan/maksiat berhentilah. Dan Allah memiliki hamba-hamba yang
terbebas dari api neraka, dan itu pada setiap malam (selama bulan
Ramadlan)” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasaa-i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Maka, bulan Ramadhan – dengan
keistimewaan spesial tersebut – adalah cermin terbaik dimana seseorang
bisa melihat dan berhadap-hadapan face to face dengan jiwa dan dirinya
sendiri tanpa campur tangan dan gangguan syetan yang selama ini selalu
menjadi penghalang dan pengganggu utama, tentu dalam rangka muhasabah
dan evaluasi diri menuju kepribadian Islami yang paripurna.
Begitu pula dengan demikian tersedialah,
di bulan termulia ini, keleluasaan yang sangat langka bagi penempaan
dan pembinaan diri serta masyarakat secara optimal, total dan integral,
menuju perubahan dan reformasi hakiki sesuai dengan standar islami.
Selama Ramadhan, doa-doa dikabulkan, munajat didengar oleh Allah Ta’ala,
tobat dan istighfar hamba-hamba pendosa diterima oleh Dzat Maha
Pengampun dan Penerima tobat. Maka selama Ramadhan, dosa-dosapun
berguguran, kecuali bagi orang-orang yang memang tidak ingin
dosa-dosanya diampunkan.
Pahala amal dan ibadah dilipat gandakan,
sampai-sampai ada satu malam diantara malam-malam istimewa Ramadhan,
yang disebut Lailatul Qadr, yang keutamaan, fadhilah dan nilainya
mengungguli amal selama seribu bulan.
“Lailatul qadr itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al-Qadr: 3).
Ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa demikian nikmat dan lezat,
sehingga semangat dan motivasi beribadah pun meningkat sangat mencolok,
khususnya pada sepuluh malam terakhir, dimana disunnahkan beri’tikaf di
masjid dengan berbagai rangkaian ibadah khususnya, sebagai upaya puncak
untuk menggapai taqwa. Dan karena keistimewaan ini, bulan Ramadhan bisa
menjadi parameter ibadah setiap orang beriman, baik secara kuantitas
maupun kualitas!